Langsung ke konten utama

BOSAMBA RAFTING!!

Rafting alias arung jeram, salah satu jenis olahraga yang cukup menakutkan di mata saya. Perahu karet yang mudah terbalik, bebatuan besar, arus yang deras. Ditambah lagi saya ga bisa berenang. Makin takut deh jadinya. Tapi, tetap saja saya penasaran, pengen tau gimana rasanya. Apalagi saat beberapa tahun lalu Bosamba Rafting dibuka di kota saya, Bondowoso.

Walau penasaran tapi takut, sampai beberapa tahun sejak Bosamba Rafting dibuka, saya belum pernah kesampaian ke sana. Mulai dari ga diijinin sama Mama, sampai harganya yang lumayan bagi saya yang dulunya mahasiswa (dan sekarang pengangguran temporal, hehehe). Dan tibalah saatnya Tuhan mengutus seorang teman yang mengajak saya ke sana. Rinda, kawan SMP-SMA saya, sedang mengadakan penelitian untuk Tugas Akhirnya dengan objek penelitian Bosamba Rafting. Untuk melengkapi penelitiannya ini Rinda ingin mencicipi sekaligus observasi langsung ke sana, dan dia mengajak beberapa orang termasuk saya.

Awalnya saya ragu, ikut ga ya. Mana belum dapat ijin dari Mama, saya ga bisa renang lah, sungainya angker lah, bahaya karena dulu Mas sepupu luka-luka sepulang dari sanalah. Tapi seperti biasa, ujung-ujungnya terserah saya, hehehe.. Akhirnya, keesokan harinya, dengan bermodal sebuah ransel berisi baju ganti, saya pun dijemput Rinda dan segera meluncur ke Bosamba Rafting!

Bosamba Rafting, sebenarnya kata Bosamba ini adalah sebuah singkatan, Bondosowo-Sampean-Baru. Bondowoso adalah kabupaten imut-imut tempat saya lahir di salah satu sudut Jawa Timur, dan Sampeyan Baru adalah sungai yang mengalir dari Bondowoso hingga Situbondo. Sekitar 15 menit dari rumah, tibalah kami di Bosamba Rafting. Lokasinya cukup strategis, ga terlalu jauh dari kota. Sesampainya di sana, Rinda dan Nuri –kawan SMP-SMA saya juga- segera ganti celana pendek. Saya? Tetap pakai celana panjang, jeans malah, hee.. Kenapa jeans? Soalnya tebel, saya kan takut jatuh terus baret-baret kegores batu gitu. Kalau pakai jeans kan batunya gores jeansnya dulu, heee..


Setelah itu, saya, Rinda, Nuri, dan Mas Riski (Kakak Rinda), diajak menuju tempat penyimpanan perahu oleh guide di sana. Lalu perahu disiapkan, dayung air minum dibagikan, rompi dan helm dipasang, alat elektronik diamankan, dan kami pun segera menuju tepian sungai. Kalau dulu pas saya naik perahu di sungai di Sukabumi, tepian sungainya landai, jadi lumayan gampang. Nah kali ini, tepian sungainya adalah bebatuan! Agak serem ya, ngebayangin kepeleset gitu.

Berhasil masuk ke perahu karet, kami segera diberi briefing oleh guide. Pertama, posisi duduk. Karena takut, saya duduknya agak ke tengah gitu kan, ternyata itu salah. Seharusnya posisi duduk itu di pinggir, karena saya di kanan, ya di pinggir kanan, dengan kaki kanan diselipkan ke depan, dan kaki kiri di belakangnya. Lalu kami diajarkan mendayung, dayung maju, dayung mundur, posisi “boom” alias jongkok sambil berpegang ke tali. Briefing selesai, petualangan pun dimulai!

Dayung! Dayung! Dayung! Awalnya sih santai, apalagi arusnya masih lumayan tenang. Laluuu, jeram pertama pun tiba. Byur!! Mulai deh basah-basahan! Dayung lagi, dayung lagi! Byur!! Beberapa kali melewati jeram, kami melihat air mancur kecil yang berasal dari sumber air. Byur!!!! Dasar guidenya iseng ya, perahu kami diarahkan ke air mancur itu!

Lanjut lagi dayungnyaaa.. Eh iya, kami ga terus-terusan mendayung kok. Di depan kami kan ada perahu tim rescue yang mengecek keamanan jeram yang akan kami lewati, jadi sambil menunggu mereka ngecek, kami nunggu sambil istirahat. Ya sebenarnya kalau yang arung jeram itu orang-orang yang udah biasa sih ga bakalan dicek sampai segitunya. Tapi karena kali ini peserta arung jeram adalah 3 cewek yang jarang olahraga+1 cowok yang sebenarnya petualang tapi rela ngalah demi keselamatan bersama, jadi guide dan tim rescue benar-benar berhati-hati menjaga kami. Sempat ada salah satu jeram yang terlalu berat untuk kami lewati. Jadi kami diminta turun dari perahu dan menyusuri tepian sungai. Nah ini nih, tepiannya ga nyantai, batu-batuan besar gitu. Naik, turun, naik lagi, turun lagi, naik lagi, dan srettt! Saya sempat kepeleset di salah satu besar yang penuh lumut, ihiks.. Siku kanan saya lecet, jeans saya ijo-ijo penuh lumut gitu, hee.. Perahunya? Dinaikin sama tim rescue yang jauh lebih terlatih dari kami.

Selain jeram yang ga bisa kami lewati, ada juga jeram yang lumayan bahaya. Jadi, sebelum melewati jeram itu, perahi kami diikat dengan tali yang ditahan beberapa tim rescue di tepian sungai, daaan byuurrr!!! Emang jeramnya seram!! Hehehe..

Selain 27 jeram yang lumayan memacu adrenalin, pemandangan di sekitar Bosamba cantiiik banget. Ada tebing-tebing tinggi yang memukau mata, burung kecil berwarna biru terang dengan  paruh merah menyala, biawak yang berjemur, kelelawar bergelantungan di gua di salah satu sudut di tepi sungai.. Ada juga “pemandangan” tambahan lho, orang sama sapi mandi! Hehe.. Ya maklum ya, di sekitar sungai ini memang masih ada pemukiman warga, jadi sungai ini masih “dimanfaatkan” sama warga.

Mendayung+teriak+deg-degan sepanjang jalan, laper deh jadinya. Untungnya paket rafting yang kami ambil sudah termasuk konsumsi. Setengah perjalanan, kami berhenti di rest area. Ga ada tempat duduk, ga ada pondok tempat istirahat, hanya ada batuan di tepi sungai. Kami duduk di sana, menikmati tape goreng dan teh jahe hangat yang diantar oleh salah satu crew. Nyumnyummm!! Enyak enyak enyak!!!

Perjalanan dilanjutkan, dayung lagi dayung lagi, jeramnya semakin menantaaangg!!! Pemandangan makin cantiiikk!! Dan kami makin semangat mendayung!! Hyat! Dayung! Dayung!! “Yaaak!! Stop!!” ,kata guide kami. Yaaah, udah selesai ternyata. Kami sudah sampai di ujung track rafting. Turun deh dari perahu. Yaah, petualangan udah selesai nih. “Haah, gini doang, kuraaang... Ga terlalu capek gini..” ,pikir saya saat itu. Ternyata saya salah! Petualangan belum selesai! Turun dari perahu, kami harus mendaki bebatuan, lalu berjalan melewati jalan setapak yang menanjak, hap hap hap! Hosh hosh! Capek juga, hehehe.. Kami berjalan menuju mobil yang akan membawa kami menuju tempat semula. Yaay, bisa duduk manis dong? Hohoho, ga jugaaa... Mobil yang kami naiki ini mobil bak terbuka, kami duduk bareng sama guide, tim rescue, plus perahu yang sudah dikempeskan, dayung, rompi. Jalanannya? Naaiiikk,, turuunnn.. Mendaki bukit lewati lembah lah pokoknya!!

Daan, sampailah kami di tempat semula. Mandi mandiiii.. Ya, di sana memang tersedia dua kamar mandi. Ya ga mandi juga sih, yang penting bebersih +ganti baju kering lah. Lalu, kami menuju sebuah pondok di sana. Nyumnyum!! Makaaaan! Nasi jagung, bihun, lodeh, tempe tahu, peyek ebi, sambel, kerupukkk.. Makanan ndeso super maknyussss!!!

Nah, selesai makan, kami pun berpamitan dan berpulang ke rumah masing-masing.. Daaan, tidur nyenyak deh gara-gara capeeekk.. Tapi seneennnggg... :D

Makasih Rinda udah ngajak observasiii.. Makasih Nuri, makasih Mas Riski, makasih Bosamba Rafting.. Makasih Alllaaahhh... :D
Mas Riski, Nuri, Rinda, Fina :D

*berhubung foto-fotonya masih ada di Rinda, jadi pake foto dari gugel aja deh ya (kecuali yang terakhir), hampir sama kok,hehehe..

*Rafting di Bosamba ini cocok untuk pemula, jeramnya ga terlalu ekstrem, masih banyak arus flat, jadi bisa nenangin diri dulu, hee.. Tapi pemandangannya oke punya!! Selain rafting, di Bosamba juga ada beberapa paket wisata lainnya sepeti flying fox, motor trail, paket wisata ke Kawah Ijen, dsb. Ini nih daftar plus harganya >> http://www.bosambarafting.com/Price.php 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2W+2H tentang Operasi Gigiku

Senin lalu, akhirnya aku memberanikan diri untuk operasi gigi bungsu! Lega rasanya! Why? Kisah sakit gigi ini sudah dimulai sebelum pandemi melanda. Awalnya aku malas ke dokter gigi, lalu saat sudah membulatkan tekad ke dokter gigi, eh pandemi melanda. Selama pandemi, aku hanya mengandalkan obat untuk mengatasi sakit gigi ini. Tapi, belakangan rasa sakit makin sering melanda. Setelah aku cek menggunakan cermin dan senter, memang ada dua gigi geraham kiri bawah yang berlubang cukup besar. Tak lama kemudian, rasa sakit menyusul di sisi kanan. Sakitnya malah jauh lebih parah sampai sisi kanan kepala dan bahu pun terasa sakit luar biasa. Rasa sakit ini sering sekali datang di malam hari sampai aku tidak bisa tidur. Aku kembali mencoba mengecek gigi yang sakit di sisi kanan itu, tapi aku sama sekali ga bisa melihat gigi yang sakit itu. Where? Agustus lalu, aku pun memberanikan diri ke klinik gigi di dekat rumah. Setelah mendaftar via whatsapp, aku mendapatkan jadwal di hari Sabtu pukul 11.0...

UJUNG GENTENG.. CANTIK YANG TAK TERJAMAH..:)

Agak lebay sih ya judulnya..:p Gapapa ah, kali ini saya akan mencoba berbagi cerita perjalanan saya bersama GRAPERS ke Ujung genteng beberapa waktu lalu..:) Berbulan-bulan lalu Makrab. Malam Keakraban. Istilah ini pertama kali saya dengar pada saat mengikuti MOS di SMA dulu. Malam keakraban adalah malam penutupan Masa Orientasi Siswa yang diisi dengan pementasan kelas dan juga acara-acara seru lainnya. Malam di mana Kakak Panitia yang awalnya jutek dan menyebalkan akhirnya berubah dan terjalinlah canda tawa di malam yang penuh kenangan itu. Tapi di sini beda. Makrab atau malam keakraban adalah sebuah ritual yang wajib dijalankan oleh hampir semua kelas di kampus saya (dan pasti di kampus lainnya, entah dengan nama yang sama atau ga). Intinya makrab kelas itu adalah sebuah event di mana seluruh anggota kelas berpelesir ke suatu tempat, menginap di sana, dan mengadakan berbagai acara yang dapat mengakrabkan seluruh personil kelas. Ga cuma malem tentunya. Seharian, bahkan bis...

CURHAT PENUMPANG KERETA

Tut Tut Tuutt... Naik kereta api.. Siapa hendak turut.. Ke Bandung Surabaya.. Bolehlah naik dengan percuma.. Ayo kawanku lekas naik.. Keretaku tak berhenti lama... Hai, apa kabar? Sudah lama ga nyentuh blog ini, maklum, kemarin sibuuuk banget ngurus ini itu ke Jakarta. Udah kayak pingpong aja ini bolak balik Jatim-Jakarta berkali-kali! Untung aja nih kereta ekonomi udah nyaman, udah duduk rapi sesuai nomer kursi, dan udah AC, jadi saya bisa wira wiri hemat dan nyaman!Hehehe... Berbicara tentang kereta nih, sewaktu saya kecil, saya hanya mengenal kereta dari lagu tadi lho. Ya maklum, walau rumah saya hanya seperlemparan batu dari stasiun, sayangnya stasiun kereta api di kota saya Bondowoso udah ga aktif, hanya ada bangunan dan rel tua teronggok gagah di sana. Dan setelah sekian lama hidup di dunia, akhirnya untuk pertama kalinya saya naik kereta empat tahun lalu, tahun 2009. Pada saat itu saya harus ke Jakarta untuk mengurus daftar ulang. Setelah tanya-tanya kakak t...