Agak lebay sih ya judulnya..:p
Gapapa ah, kali ini saya akan mencoba berbagi cerita perjalanan saya bersama GRAPERS ke Ujung genteng beberapa waktu lalu..:)
Berbulan-bulan lalu
Makrab. Malam Keakraban. Istilah ini pertama kali saya dengar pada saat mengikuti MOS di SMA dulu. Malam keakraban adalah malam penutupan Masa Orientasi Siswa yang diisi dengan pementasan kelas dan juga acara-acara seru lainnya. Malam di mana Kakak Panitia yang awalnya jutek dan menyebalkan akhirnya berubah dan terjalinlah canda tawa di malam yang penuh kenangan itu.
Tapi di sini beda. Makrab atau malam keakraban adalah sebuah ritual yang wajib dijalankan oleh hampir semua kelas di kampus saya (dan pasti di kampus lainnya, entah dengan nama yang sama atau ga). Intinya makrab kelas itu adalah sebuah event di mana seluruh anggota kelas berpelesir ke suatu tempat, menginap di sana, dan mengadakan berbagai acara yang dapat mengakrabkan seluruh personil kelas. Ga cuma malem tentunya. Seharian, bahkan bisa dua tiga hari.
Tahun pertama, makrab di Puncak bersama KINGDOM. Tahun kedua, makrab di Puncak lagi bersama GUAVA (dan kami menginap di villa yang sama dengan kelas saya sebelumnya -,-). Tahun ketiga, Ujung Genteng with GRAPE!!:D
Setelah persiapan yang cukup panjang sejak akhir tahun lalu, akhirnya sampailah kami pada tanggal yang kami tunggu-tunggu. 13 Januari 2012. Tanggal yang telah kami sepakati untuk meninggalkan hiruk pikuk kota Jakarta sejenak. Setelah kuliah Audit di pagi hari dan Akuntansi Keuangan Lanjutan di sore hari, akhirnya kami berangkat menuju Ujung Genteng malam harinya. Sekitar pukul 11 malam bus kami bertolak diiringi dengan gegap gempita kembang api di pelataran depan kampus kami (kebetulan ada acara di sana, dan salah satu item acaranya adalah pesta kembang api yang berbarengan banget dengan keberangkatan kami)..
Lelah kuliah seharian, saya pun tertidur hampir di sepanjang perjalanan. Tak seperti beberapa kawan yang mempunyai tenaga ekstra memainkan gitar sambil menyanyikan lagu dengan nada amburadul tak henti-henti..:p Delapan jam perjalanan. "Biasa" lah bagi saya yang sudah biasa naik bis 24 jam pada saat pulang kampung. Empat jam pertama, saya tidur cukup nyenyak. Terjaga sejenak. Sukabumi. Demikian nama kota yang tertera pada sebuah plang di tepi jalan. Yeah! udah dekat! pikir saya. Ya, kata teman saya Ujung Genteng itu berada di Kabupaten Sukabumi. Satu jam kemudian. Tidur saya tak lagi tenang. Kondisi jalannya benar-benar tidak bersahabat. Jalanan yang menanjak, penuh dengan kelokan, pencahayaan yang sangat minimal, banyaknya kendaraan besar yang berpapasan di jalan yang tak begitu besar, ditambah supir bus yang cukup "ekstrim". Seram dan mencekam. Tak henti-hentinya saya berdoa, khawatir sesuatu yang buruk menimpa kami.
Sabtu, 14 Januari 2012
Akhirnya, tibalah kami di sebuah gerbang bertuliskan Ujung Genteng. Tak sabar, saya pun mendongakkan kepala untuk melihat pemandangan sekitar. Hanya rumah dan tanah tak jelas. Pepohonan. Sapi-sapi. Mana pantainya ini. Bus melaju terus. Cukup lama, akhirnya pemandangan laut mulai terlihat. Cukup jauh di sisi kiri. Bus terus melaju. Hingga kami sampai di ujung jalan itu, dan bus kami berbelok ke arah kanan. Jalanan aspal berubah menjadi jalanan batu. Hamparan laut kini dekat di sisi kiri kami. Satu dua rumah warga berjejer di sana. Bentuknya khas. Bus kami masih melaju. Entah karena perjalanan yang melelahkan, entah karena rasa penasaran saya yang begitu luar biasa, perjalanan dari "gerbang" tadi terasa sangat lama.
7.00 akhirnya kami tiba di villa kami. Pondok tepatnya. Satu pondok empat kamar untuk teman-teman cowok, dan satu pondok dua kamar untuk kami para wanita. Perjalanan yang melelahkan memaksa kami untuk beristirahat sejenak sembari membersihkan diri. Sarapan ala kadarnya pun disajikan. Lapar yang mendera membuat sarapan pagi itu sangat nikmat. Tak sabar ingin bertemu ombak, saya dan beberapa kawan bergegas menuju pantai. Tepat di depan pondok kami pun bisa melihat pantai, namun tak puas rasanya. Pondok kami berada di wilayah teluk pantai. Bergegas kami ke arah selatan, dari kejauhan hamparan pasir putih segera menggoda kaki kami untuk berlari. Sesampai kaki kami menjejak di sana, sedikit kecewa rasanya. Sakit. Bukan pasir halus yang kami jejak, tapi kerikil kecil. Persis seperti kerikil pasir putih yang ada di hiasan dinding rumah saya. Di sisi kanan kami terhampar pantai memanjang. Penasaran menggiring kami menjajaki tepian pantai. Hamparan kerikil putih semakin cantik. Ditambah debur ombak yang luar biasa. Ombak pantai selatan. Baru saja bebersih diri, tentu saya tak ingin berbasah dulu saat itu. Tapi apa daya, ombak tiba-tiba datang. Belum lagi hujan tiba-tiba datang. Satu payung. Dua payung. Lebih dari delapan orang seingat saya. Payung tak cukup melindungi kami. Kuyup.
Hujan, makan siang, obrolan ke sana kemari. Hujan reda. Sore menjelang. Permainan dimulai. Kami kembali ke tepian pantai tadi. Bermain beberapa games yang "dikacaukan" oleh para pengacau. Tapi di sana lah intinya, pemenangnya bukan pemenang itu. Tapi mereka, pengacau yang membuat suasana semakin "kacau". :D
Senja semakin menyapa. Setelah bebasah di permainan tadi, kami kembali bebersih. Godaan kembali datang. Konservasi penyu. Beberapa kilometer dari pondok kami. Demikian kata ibu pemilik pondok. Tergoda, kamipun berjalan menyusuri pantai. Melewati kerikil kecil tadi,akhirnya kami bertemu pasir halus. Luas terhampar. Cantik menggoda. Luar biasa ciptaan-Nya. Sepi. Hanya satu dua orang terlihat di sepanjang tepian pantai. Jauh kami berjalan, hingga sampailah kami di tujuan kami. Berbayar sekian rupiah, kami pun mendapat kesempatan melepas anak penyu ke lepas pantai. Pengalaman yang luar biasa. Melepas makhluk-Nya ke peradaban yang seharusnya. Matahari mulai terbenam, kami beranjak pulang.
Pondok gelap. Listrik padam ternyata. Tak lama. Acara bakar ayam malam jadwal kami malam itu.
Minggu, 15 Januari 2012
Pagi cerah. Sayang saya terlambat bangun untuk melihat matahari terbit. Sekian games telah kami persiapkan untuk hari ini, tapi terjadi perubahan rencana. Air Terjun Cikoso. Satu jam perjalanan bus dari pondok kami. Kami pun sepakat berangkat ke sana setelah menyelesaikan satu games. Tanpa bebersih diri sejak pagi, kami segera bertolak menuju air terjun. Satu jam. Kami tiba di sana. Tapi air terjun masih belum terlihat. Hanya ada sungai di dekat sana. Berjalan, atau dengan menggunakan perahu untuk mencapai air terjun. Kami memilih perahu. Ini kedua kalinya saya naik perahu kayu seperti itu. Tak lama berselang, kami tiba di air terjun yang sangat cantik. Ini pertama kalinya saya ke air terjun. Tampias air berhempasan di antara deburan air yang jatuh dari ketinggian. Kuyup kami dibuatnya. Puas kami bermain dan berfoto di sana.
7.00 akhirnya kami tiba di villa kami. Pondok tepatnya. Satu pondok empat kamar untuk teman-teman cowok, dan satu pondok dua kamar untuk kami para wanita. Perjalanan yang melelahkan memaksa kami untuk beristirahat sejenak sembari membersihkan diri. Sarapan ala kadarnya pun disajikan. Lapar yang mendera membuat sarapan pagi itu sangat nikmat. Tak sabar ingin bertemu ombak, saya dan beberapa kawan bergegas menuju pantai. Tepat di depan pondok kami pun bisa melihat pantai, namun tak puas rasanya. Pondok kami berada di wilayah teluk pantai. Bergegas kami ke arah selatan, dari kejauhan hamparan pasir putih segera menggoda kaki kami untuk berlari. Sesampai kaki kami menjejak di sana, sedikit kecewa rasanya. Sakit. Bukan pasir halus yang kami jejak, tapi kerikil kecil. Persis seperti kerikil pasir putih yang ada di hiasan dinding rumah saya. Di sisi kanan kami terhampar pantai memanjang. Penasaran menggiring kami menjajaki tepian pantai. Hamparan kerikil putih semakin cantik. Ditambah debur ombak yang luar biasa. Ombak pantai selatan. Baru saja bebersih diri, tentu saya tak ingin berbasah dulu saat itu. Tapi apa daya, ombak tiba-tiba datang. Belum lagi hujan tiba-tiba datang. Satu payung. Dua payung. Lebih dari delapan orang seingat saya. Payung tak cukup melindungi kami. Kuyup.
Hujan, makan siang, obrolan ke sana kemari. Hujan reda. Sore menjelang. Permainan dimulai. Kami kembali ke tepian pantai tadi. Bermain beberapa games yang "dikacaukan" oleh para pengacau. Tapi di sana lah intinya, pemenangnya bukan pemenang itu. Tapi mereka, pengacau yang membuat suasana semakin "kacau". :D
Senja semakin menyapa. Setelah bebasah di permainan tadi, kami kembali bebersih. Godaan kembali datang. Konservasi penyu. Beberapa kilometer dari pondok kami. Demikian kata ibu pemilik pondok. Tergoda, kamipun berjalan menyusuri pantai. Melewati kerikil kecil tadi,akhirnya kami bertemu pasir halus. Luas terhampar. Cantik menggoda. Luar biasa ciptaan-Nya. Sepi. Hanya satu dua orang terlihat di sepanjang tepian pantai. Jauh kami berjalan, hingga sampailah kami di tujuan kami. Berbayar sekian rupiah, kami pun mendapat kesempatan melepas anak penyu ke lepas pantai. Pengalaman yang luar biasa. Melepas makhluk-Nya ke peradaban yang seharusnya. Matahari mulai terbenam, kami beranjak pulang.
Pondok gelap. Listrik padam ternyata. Tak lama. Acara bakar ayam malam jadwal kami malam itu.
Minggu, 15 Januari 2012
Pagi cerah. Sayang saya terlambat bangun untuk melihat matahari terbit. Sekian games telah kami persiapkan untuk hari ini, tapi terjadi perubahan rencana. Air Terjun Cikoso. Satu jam perjalanan bus dari pondok kami. Kami pun sepakat berangkat ke sana setelah menyelesaikan satu games. Tanpa bebersih diri sejak pagi, kami segera bertolak menuju air terjun. Satu jam. Kami tiba di sana. Tapi air terjun masih belum terlihat. Hanya ada sungai di dekat sana. Berjalan, atau dengan menggunakan perahu untuk mencapai air terjun. Kami memilih perahu. Ini kedua kalinya saya naik perahu kayu seperti itu. Tak lama berselang, kami tiba di air terjun yang sangat cantik. Ini pertama kalinya saya ke air terjun. Tampias air berhempasan di antara deburan air yang jatuh dari ketinggian. Kuyup kami dibuatnya. Puas kami bermain dan berfoto di sana.
Sekian waktu, kami kembali ke pondok. Listrik padam lagi. Perubahan rencana lagi. Jadwal pulang senin pagi, kami majukan malam ini. Alasan? Supaya kami punya cukup waktu dan tenaga untuk menggarap tugas kuliah untuk hari Selasa. Supaya kami bisa menghindari mabuk dengan tidur sepanjang perjalanan pulang pada malam hari. Supaya kami bisa segera mengisi ulang baterai ponsel dan kamera kami.
Malam, listrik masih padam. Dengan berbekal penerangan seadanya, beberapa teman membakar jagung. Beberapa menyiapkan pensi. Pensi dimulai, dibuka penampilan penyusun acara makrab yang acakadut. Dilanjutkan drama kocak, nyanyian, dan tarian personil kelas kami. Berlanjut penyerahan "award" kelas. Dan ditutup dengan tukar kado. Saya mendapatkan sebuah spatula dari tukar kado ini. Akan saya simpan sampai tiba waktunya nanti..:D
Malam menjelang dini, kami bergegas pulang. Kembali melewati kelokan mencekam. Lelah. Pukul sembilan kami tiba di kampus tercinta. Bahagia. :)
pantai di depan pondok |
Air terjun Cikoso |
langit merah jambu |
menanti sunset |
marahan (?) |
(pura-puranya) prewedd photo sesion |
hari mulai gelap |
nelayan dan lautnya |
games kacau |
games makin kacau |
games lagi |
masih kacau |
pejantan GRAPE |
Ombak, langit, dan burung kecil |
reflection |
galau berdua (dan mencurigakan) |
masih game, dan masih kacau |
me |
(pura-pura) galau di tepi pantai |
WE=GRAPE |
as always.. I just write down a "kata fina"..=)
cuma bisa bilang "wow"
BalasHapuscuma bisa bales "wow" juga..hahaha..:p
HapusKereeeeeeeeen mbaaaaaaaaaaaaaaak :D
BalasHapusfoto2nya kereeeen...apalagi foto tangan megang batu2a itu..hahaha
Hapuswah..sering2 n update ttg temen2.. sssiiippp
BalasHapushohoho..oke faaan!
Hapusada foto gw tuh fin :D
BalasHapusada foto lu melototin gw pas games dam!sereeem
Hapuswah, makrab kelas udah sempet rencanain mau ke ujung genteng
BalasHapussetelah liat post ini, mauuuuu
semoga terlaksana deh #crossfinger :))
amiin..lama2 aja deh dsana, aq aj ga puas 2 hari dsana.hehe
Hapuswah, kelas saya malah gajadi makrab ke Ujung Genteng. ntar deh satu waktu maen kesana :D
BalasHapusnice info & keep posting ya~
eaaaa... mau lihat games yg gak kacau, :p
BalasHapus