Langsung ke konten utama

HEMAT KERTAS, SELAMATKAN HUTAN!

“Belum beres Fin buku-bukunya? Punya aku dong udah beres, ada tiga kardus! Sebagian besar kertas bekas yang udah ga kepake, kayaknya mau aku jual ke tukang loak yang biasa lewat aja deh!”, kata teman saya waktu itu. Berakhirnya masa kuliah, berakhir pula masa kost kami di sebuah rumah di pinggiran Jakarta. Saya dan teman-teman yang senasib pun harus segera mengemas barang kami, termasuk barang-barang yang bertengger di rak buku kami.

Tiga tahun kuliah, cukup banyak buku dan kertas yang harus saya kemas. Sebagian yang masih bisa digunakan, saya serahkan ke adik kelas. Sebagian lagi, saya simpan. Sisanya? Tertumpuk tak jelas. Cukup banyak jumlahnya. Dan akhirnya, seperti teman kost saya, saya memutuskan untuk menjualnya ke tukang loak..
***

Entah apa yang terjadi dengan kertas saya di tangan tukang loak tadi. Sepertinya dia akan menyerahkannya ke pengepul. Lalu pengepul akan menjualnya ke pedagang gorengan. Lalu kertas saya akan dilipat-lipat menjadi bungkus gorengan. Lalu ada sekian anak yang membeli gorengan di sana. Selesai makan, mereka membuang kertas pembungkusnya ke tempat sampah. Esok harinya, tukang sampah mengambil sampah-sampah dari rumah-rumah. Lalu, sampah itu dikumpulkan di suatu tempat, dan dibakar. Kertas pembungkus gorengan dari kertas bekas fotokopi soal milik saya itu pun terbakar, hangus, hitam, lalu wuzz.. Angin menerbangkannya.

Miris sekali ya kisah kertas saya itu. Ia tewas tak berbekas setelah perjalanan panjang. Iya ya, perjalanannya panjang sekali. Dimulai dari sebuah hutan. Kita pasti sudah tahu bahwa kertas itu terbuat dari pohon. Pertama, pohon ditebang, diambil kayunya. Kayu itu diolah menjadi bubur, pulp namanya. Lalu proses selanjutnya adalah bleaching. Kemudian, dicetak. Dan tarang! Pohon-pohon yang kokoh itu kini menjadi lembaran kertas! Hebat ya! Lalu, perjalanan kertas itu masih berlanjut, menjadi buku, menjadi tissue, ada juga kardus. Dan sebagian, sebagian besar mungkin, berakhir di tempat sampah seperi kertas saya tadi..

Sayangnya, ada begitu banyak kertas terbuang di dunia ini, padahal ada semakin banyak hutan yang ditebang dalam memenuhi kebutuhan kertas kita ini. Berdasarkan laporan terbaru dari Union of Concerned Scientist (UCS), tingginya permintaan kayu dan kertas berkontribusi signifikan dalam perusakan keragaman hayati yang tinggi hutan hujan tropis dan memperburuk perubahan iklim. Jutaan hektar hutan telah ditebang untuk diubah menjadi perkebunan pulp and paper, mengancam kelestarian hutan, terutama di Asia Tenggara. Industri pulp ini memang telah bergeser dari Eropa dan Amerika, menuju pasar Asia. Meningkatnya kebutuhan pulp dunia pada tahun 2010 hingga 2015 yang diperkirakan akan mencapai hingga 17% memang didominasi oleh permintaan dari negeri China yang berada di Asia.

Sedangkan untuk industri pulp di Indonesia, tercatat produksi pulp nasional tumbuh sekitar 30% sejak tahun 2005 hingga 2010. Kini Indonesia telah memiliki teknologi pengembangan dan pembenihan yang bagus sehingga memungkinakan pohon Akasia sebagai bahan baku yang ditanam sudah bisa dipanen hanya dalam jangka waktu lima tahun. Sedangkan di Eropa dan Amerika, pohon tersebut baru bisa dipanen setelah dua puluh tahun atau lebih. Hal tersebut didukung oleh riset dan cuaca Indonesia yang hanya memilik dua musim, demikian yang disampaikan oleh Presiden Komisaris APRIL (Asia Pacific Resources International Limited), Tony Wenas.

Bahan baku pulp ini memang bisa diperoleh dari dua cara. Pertama,dari lahan perkebunan atau hutan tanam. Cara kedua, menebang bahan langsung dari alam. Tinggal pilih mana pohon yang sesuai, lalu tebang! Indonesian Working Group in Forest Finance (IWGF) mencatat 51,6% bahan baku pulp diperoleh dari hutan tanam, sedangkan 48,4% diperoleh dari hutan alam. Sayangnya, baik cara yang pertama maupun kedua, sama-sama mengurangi jumlah hutan kita. Dengan satu pohon menghasilkan 16 rim kertas dan ada berjuta-juta rim kebutuhan kertas di dunia ini, entah berapa banyak hutan lagi yang harus ditebang, dan entah berapa banyak flora dan fauna yang akan kehilangan habitatnya.

Yuk, Hemat Kertas!

Setelah mengetahui betapa banyaknya hutan yang harus dikorbankan demi kebutuhan kertas kita, apa salahnya kalau kita mencoba berhemat kertas. Kalau kita perhatikan, ternyata banyak hal kecil yang bisa kita lakukan untuk berhemat ini. Menggunakan halaman kosong di balik kertas contohnya. Saya masih ingat teguran dari dosen pembimbing saya beberapa waktu lalu. Beliau menegur kawan saya yang menyerahkan draft Tugas Akhir yang menggunakan kertas baru. Beliau mengingatkan kawan saya dan juga mahasiswa bimbingannya yang lain untuk mencetak draft Tugas Akhir dengan menggunakan kertas bekas. “Kalian pasti punya banyak kertas bekas nge-print tugas, di baliknya masih kosong kan? Pakai itu aja ya.. “, demikian kata beliau.

Benar juga saran beliau, kalau kita memanfaatkan halaman kosong itu tentu saja kita bisa menghemat 
penggunaan kertas. Kita bisa menggunakannya untuk mencetak draft tugas lain seperti yang disarankan dosen saya, atau merapikan dan menjadikannya catatan kuliah kita! Mau lebih hemat lagi? Tulis saja kertas itu menggunakan pensil, setelah penuh, masih bisa kita “timpa” dengan tulisan dengan pena.

Tak hanya itu, kita juga bisa berhemat dalam banyak hal yang berkaitan dengan kertas! Kertas tissue misalnya, beberapa waktu lalu saya menonton sebuah tayangan talkshow di televisi. Di tengah acara, sang pembawa acara menyelipkan sebuah pesan bahwa penggunaan tissue yang banyak, mengakibatkan begitu banyak pohon ditebang. Saya tak ingat berapa angka yang disampaikan pembawa acara itu. Yang saya ingat, beliau menyampaikan bahwa ada cara sederhana untuk mengurangi pemakaian tissue ini, yaitu dengan cara mengibas-ngibasan tangan setelah mencuci tangan. Dengan cara itu, air sisa cuci tangan tadi akan menetes-netes dari tangan kita, yang tersisa hanyalah sedikit air di tangan, dan hanya sedikit tissue yang kita butuhkan! Hanya mengibaskan tangan!

Ada lagi nih yang bisa kita hemat, pemakaian kertas sebagai bungkus makanan. Untuk kita yang pernah menjadi anak kost, pasti pernah kan membeli makanan di warung, dan makanan itu dibungkus dengan kertas coklat yang permukaannnya seperti dilapisi lilin, saya menyebutnya kertas lilin. Nah kita bisa nih mengurangi pemakaian kertas lilin nih! Caranya, kita makan di warungnya aja, selain hemat kertas, kita juga bisa sambil ngobrol dengan teman yang mungkin juga sedang membeli makan di sana. Atau kita juga bisa ngobrol sama pemilik warungnya, siapa tau, kita bahkan bisa mendapatkan menu bonus dari sang pemilik, hehe. Ga suka makan di warung gitu? Bawa wadah sendiri aja, kayak temen kost saya nih. Kebetulan di dekat kost saya ada sebuah warung makan yang cukup laris, dan suatu hari saya melihat teman saya membawa piring berisi makanan dari warung itu. Ternyata dia berusaha mengurangi pemakaian kertas lilin dan kantong plastik yang biasa digunakan untuk membungkus makanan di warung. Kalau warungnya jauh gimana? Ya ga usah pakai piring lah, kan masih bisa pakai kotak makan ala anak SD gitu. Saya pernah tuh melihat Mas-Mas yang membeli makan pakai kotak makan gitu. Hemat kertas, hemat kantong plastik juga!

Selain pemakaian kertas untuk pembungkus makanan itu, kita juga kerap kali menggunakan kertas berbentuk kardus untuk wadah makanan. Iya kan? Coba deh, sering banget ada acara yang menggunakan kardus sebagai pembungkus makanannya. Boleh deh kita kurangi pemakaian kardus ini. Sebisa mungkin kita setting supaya acara kita juga mencakup waktu untuk makan. Jadi semua makanan itu bisa dimakan di tempat tanpa harus dibungkus dan dibawa pulang. Gunakan piring untuk menyajikan kue-kue. Sedangkan untuk makanan berat, silahkan gunakan piring juga. Jika kita malas mencuci piring, makan bersama juga bisa jadi pilihan lho. Senampan bersama-sama gitu. Seru lho!

Masih ada lagi nih, kali ini kertas-kertas kecil. Mulai dari struk belanja. Daripada bolak balik belanja terus bolak balik dapet struk belanja, mending mulai biasain belanja bulanan deh. Sekalian gitu belanjanya, jadi struknya satu aja. Selain lebih irit kertas, kita juga lebih bisa mengontrol belanjaan kita. Kertas kecil berikutnya, resi ATM! Daripada cetak resi ATM cuma buat ngeliat saldonya, mending kita lihat aja saldo kita di layar mesin ATM, terus kita inget-inget deh. Daripada kita cetak resi, terus beberapa detik kemudian, kertasnya kita remas, lalu swiiiing dilempar deh ke tempat sampah persis di sebelah mesin ATM. Coba deh longok di sana, ada banyaaak banget kertas resi. Sayang kan..

Punya banyak kardus bekas? Kardus yang terbuat dari kertas ini bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya. Jadikan wadah buku misalnya, atau dibuat kerajinan. Pernah ketika masih sekolah, saya membuat wadah pensil dari kardus bekas, lumayan cantik lho.. Jadi kardus ini ga akan terbuang sia-sia. Ga hanya kardus yang bisa kita manfaatkan lebih. Koran bekas, kalender bekas, atau kertas bekas lainnya juga bisa kita manfaatkan menjadi kertas daur ulang maupun berbagai kerajinan. Cari aja deh di internet, di sana sudah banyak yang berbagi cara mengolahnya. Kertas bekas itu akan menjadi lebih bermanfaat, dan tentu saja lebih bernilai.

Udah? Itu aja? Sepertinya ga.. Kita coba deh perhatikan kiri-kanan-depan-belakang kita, mungkin saja ada sesuatu yang berbahan kertas, dan bisa kita hemat penggunaanya! Mungkin apa yang bisa kita lakukan ini terlihat sepele ya.. Ah-cuma-gitu-doang, emang-ngefek? Mungkin ada yang berpikiran gitu. Tapi bukankah sebuah perjalanan panjang dimulai dari sebuah langkah kecil? Jadi, apapun yang kita perbuat, sekecil apapun itu, akan membawa perubahan besar untuk kita semua. Jadi tunggu apa lagi, mari hemat kertas, mari selamatkan hutan kita!

Sumber:
http://www.mongabay.co.id/2012/09/07/saatnya-berhemat-permintaan-kertas-terus-gunduli-hutan-tropis-dunia/


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUSU, SEHAT DAN HALAL!

"Eh Ari, lucunyaaa... Gendut banget.. Tante jadi gemes nih! Ari suka minum susu ya kok bisa gendut gini,,??" Susu? Bikin gendut? Hehe.. Dulu sih saya juga sempat berpikir seperti itu. Susu kan penuh lemak, ntar saya gendut dong kalau saya minum susu . Hmm, minum susu =gendut? Oke, saya yang (dulu) kurus bisa gemukan kalau minum susu ! Eits, itu dulu... Sekarang? Ya, setelah sekian lama minum susu , saya pun jadi agak gemuk (hiks,,dulu sih pengen agak gemuk,tapi sekarang pengen kurus lagi), tapiii bukan susu kok penyebabnya! :D Empat Sehat Lima Sempurna Masih ingat ga dengan kata-kata di atas? Slogan ini saya dapatkan ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar, entah kelas berapa. Saya yang masih unyu waktu itu mendapatkan penjelasan bahwa tubuh kita membutuhkan beberapa jenis makanan yang kita kenal dengan sebutan empat sehat lima sempurna. Ajian sakti ini terdiri dari makanan pokok, sayur mayur, lauk pauk, dan buah-buahan. Jika mengkonsumsi empat jenis makan...

UJUNG GENTENG.. CANTIK YANG TAK TERJAMAH..:)

Agak lebay sih ya judulnya..:p Gapapa ah, kali ini saya akan mencoba berbagi cerita perjalanan saya bersama GRAPERS ke Ujung genteng beberapa waktu lalu..:) Berbulan-bulan lalu Makrab. Malam Keakraban. Istilah ini pertama kali saya dengar pada saat mengikuti MOS di SMA dulu. Malam keakraban adalah malam penutupan Masa Orientasi Siswa yang diisi dengan pementasan kelas dan juga acara-acara seru lainnya. Malam di mana Kakak Panitia yang awalnya jutek dan menyebalkan akhirnya berubah dan terjalinlah canda tawa di malam yang penuh kenangan itu. Tapi di sini beda. Makrab atau malam keakraban adalah sebuah ritual yang wajib dijalankan oleh hampir semua kelas di kampus saya (dan pasti di kampus lainnya, entah dengan nama yang sama atau ga). Intinya makrab kelas itu adalah sebuah event di mana seluruh anggota kelas berpelesir ke suatu tempat, menginap di sana, dan mengadakan berbagai acara yang dapat mengakrabkan seluruh personil kelas. Ga cuma malem tentunya. Seharian, bahkan bis...

the art of "ngeteng":: Bintaro-Bandar Lampung!

back to Bintaroooo... Alhamdulillah udah balik ke Bintaro lagi, semoga aja otak bisa lebih fresh untuk nerima materi kuliah lagi.. Amiiinn...:D Sekitar Dua Minggu Lalu Ya, sekitar dua minggu lalu saya menggalau. Bukan, bukan galau cinta. Juga bukan galau akademis. Kali ini saya galau liburan. Dalam rangka Natal dan Tahun Baru, kampus memberikan Libur selama satu minggu. Dan ditambah dengan hasil lobi dengan para dosen, libur kami bertambah menjadi dua minggu. Cukup lama. Tapi tak cukup lama bagi saya yang berkampung halaman di ujung timur Pulau Jawa ini. Bintaro-Bondowoso. Sekitar 22 hingga 24 jam by bus lah, itu kalau lancar. Akhir tahun lalu, ketika saya pulang kampung pas masa-masa liburan akhir tahun seperti ini, saya harus merelakan diri terduduk lesu di dalam bis selama 30 jam karena macet parah.