Di musim hujan, air
hujan yang jatuh dari langit, membasahi bumi, dan terserap oleh tanah. Sebagian
air diserap oleh akar pepohonan, sebagian lagi masuk ke dalam tanah membentuk
air tanah. Air tanah inilah yang menjadi sumber bagi mata air yang mengairi
sungai yang kemudian berujung di lautan. Dan di musim kemarau, terik matahari
membuat air di permukaan sungai, danau, laut, dan samudera berubah wujud
menjadi uap air. Uap air ini berkumpul dan membentuk awan-awan. Hingga akhirnya
awan-awan itu berubah menjadi tetes air yang kembali membasahi bumi di musim
penghujan.
***
Masih ingat secuil materi dari pelajaran IPA waktu kita duduk di
bangku sekolah dasar tadi? Ya, semoga kita semua masih mengingatnya. Sebuah
siklus yang sederhana, mudah dipahami bahkan oleh anak SD, namun memiliki peran
yang luar biasa bagi kehidupan kita.
Siklus air tadi harusnya menyadarkan kita bahwa air tak begitu
saja jatuh dari langit, atau mengalir begitu saja dari celah bebatuan di sebuah
mata air. Ada sebuah perjalanan panjang dari setiap tetes air, yang kemudian
memberi kehidupan bagi kita. Ya, rasanya tidak berlebihan jika kita mengatakan
bahwa air adalah sumber kehidupan. Kita semua tentu tidak dapat memungkiri
betapa besarnya peran air dalam kehidupan kita. Manusia dapat mengalami
gangguan fungsi otak bahkan kematian jika ia tidak mengkonsumsi air dalam
jangka waktu tertentu. Tak hanya untuk konsumsi, manusia juga membutuhkan air
untuk irigasi, industri, rekreasi, sumber tenaga, dan berbagai kebutuhan
lainnya. Intinya, manusia sangat membutuhkan air. Bayangkan saja apa yang akan
terjadi jika tiba-tiba seluruh air di bumi ini menguap begitu saja tak bersisa?
Atau bagaimana jika semua air di dunia ini membeku? Perumpamaan ini terlalu
berlebihan memang, tentu saja semua itu hanya bisa terjadi jika bumi mengalami
kenaikan atau penurunan suhu yang sangat ekstrim.
Dengan peranannya yang begitu luar biasa, lantas apa yang harus
kita lakukan dengan air ini? Apa iya kita bebas menggunakan air sebanyak-banyaknya?
Bukankah dua pertiga bumi kita ini terdiri dari air? Tentu saja tidak, kita
harus ingat perjalanan panjang setiap tetes air tadi. Coba kita hubungkan
dengan keadaan bumi sekarang. Tak perlu berpikir terlalu jauh, kita lihat saja
di Indonesia tercinta. Berdasarkan kisah setetes air saat kita SD itu, ada dua
musim penting, Penghujan dan Kemarau. Masih berdasarkan pelajaran SD, kita juga
diajarkan bahwa musim penghujan terjadi di bulan Oktober hingga Maret, dan
musim kemarau terjadi di bulan April hingga September. Dan sekarang? Tak jelas
lagi batas antara penghujan dan kemarau. Tak jarang kita dengar berita
kekeringan di berbagai daerah, dan tak sedikit juga berita tentang banjir
akibat hujan yang tak berkesudahan.
Kacau? Ya, sepertinya tak hanya negeri ini yang mengalami
kekacauan, siklus air pun juga mengalami kekacauan. Tapi kita harus ingat, tiap
tetes air itu hanya menjalankan tugas mulia yang Tuhan berikan untuknya. Tugas
untuk memberikan kehidupan pada manusia dan makhluk lainnya. Dalam tugasnya
itu, ia mengalami sebuah perjalanan yang begitu panjang, sebuah siklus. Ya, siklus itu adalah kunci
utama terlaksananya “tugas mulia” sang air. Siklus yang sederhana, sangat
sederhana. Tapi, kita kerap melupakan siklus ini. Sadar atau tidak, kitalah
yang merusak siklus ini. Pepohonan yang membantu penyerapan air kini tak lagi
ada. Tanah yang merupakan jalan masuk terserapnya air kini telah ditutupi oleh
tebalnya aspal dan semen. Mata air yang menghidupi sungai kini “dikuras”
habis-habisan. Efek perubahan iklim akibat pemanasan global kini meningkatkan
proses penguapan air permukaan. Sungai yang dulu mengalir jernih kini penuh
dengan sampah hingga keruh dan tak sanggup lagi menampung air kala penghujan
tiba. Hampir setiap tahapan perjalanan air “terganggu” akibat ulah manusia.
Lalu, apa kita akan diam saja dan membiarkan itu semua? Hei,
mungkin sebagian dari kita belum merasakan akibatnya. Tapi lihatlah mereka yang
mengalami kekeringan, atau mereka yang mengalami musibah banjir. Kalau kita
hanya berdiam diri, hanya tinggal menunggu waktu hingga bencana melanda setiap
inci dari negeri ini.
Save The Water, Save
Life
Ada banyak upaya yang dapat kita perbuat untuk mengembalikan
siklus air itu. Tentu saja kita bisa memulainya dari berbagai hal kecil di
sekitar kita. Apa saja?
Pertama, kita harus menghemat pemakaian air. Mengapa? Karena dengan
menggunakan air secara efektif dan efisien, kita dapat mengembalikan jumlah air
ke dalam jumlah yang seimbang. Apa yang dapat kita lakukan untuk menghemat air?
1.
Pastikan tidak ada kran
air yang bocor. Tetes-tetes air bocoran itu memang tidak terlihat banyak
berarti. Tapi, coba kita kumpulkan tetesan air yang terbuang itu selama sejam,
sehari, seminggu, setahun, dan seterusnya.
2.
Matikan air saat tidak
dibutuhkan. Terkadang kita membiarkan kran air terbuka saat kita menyikat gigi,
mencuci muka, atau melakukan hal lainnya, hingga air mengalir dan terbuang
percuma. Terkadang kita juga membuka kran saat membilas sayur, piring, atau
pakaian. Saat itu kita sering membiarkan kran terbuka hingga air memenuhi
bahkan meluap dari wadahnya.
3.
Tingkatkan daya guna
air. Kita bisa menggunakan air bekas mencuci untuk menyiram tanaman, atau yang
lainnya.
Beberapa hal di atas hanyalah sebagian hal yang dapat kita
lakukan, tentu saja masih banyak hal lain yang harus kita lakukan. Kita harus
mengembalikan pepohonan yang membantu penyerapan air, kita harus menyediakan
daerah resapan air, kita harus melakukan membersihkan sungai dari
sampah-sampah. Kita harus mengambalikan iklim bumi yang telah berubah akibat
pemanasan global.
Tak mudah memang. Tapi, apa salahnya kita mencoba. Bukankah lebih
baik menyalakan sebuah lilin daripada mengutuk kegelapan? Bukankah lebih baik
kita melakukan usaha kecil daripada mengeluh ini itu tentang air? Dan tentu
saja, akan lebih mudah jika kita melakukannya bersama. Save the water, save the
life!! J
*tulisan ini saya persembahkan untuk
setiap tetes air yang begitu berharga dan untuk Blog Writing Competition tentang “Konservasi Sumber Daya Air di Mata Blogger”
yang diselenggarakan oleh <http://lestariairku.dagdigdug.com/> J
![]() |
http://lestariairku.dagdigdug.com/ |
Komentar
Posting Komentar