Langsung ke konten utama

Normal vs SC: Part 2 - SC

Assalamualaikum Nitijen!

Kini aku akan melanjutkan kisah lanjutan dari sebelumnya.

Hamil kedua..

Tak lama setelah melahirkan anak pertama, ponakan gembul tercinta pulang ke Bondowoso dan berkata "Cipuk, ini di perutnya ada adek bayinya ya?" Ish mentang-mentang perut tantenya tetap buncit, dia ngomong gituuu.. Aku pun menjawab bahwasanya gaaa, adik bayinya sudah keluar, sudah gede itu kannn.. Tapi dia ngeyel kalau ada adik bayi di perutku.. Malam harinya aku pun kepikiran, jangan-jangan bener nih! Dan benar saja Saudara-Saudara, ternyata diriku hamil lagi! Padahal anak pertama baru 10 bulan hehe..

Kehamilan yang kedua ini, aku jauh lebih santai. Kalau dulu kan tiap minggu itu aku inget berapa minggu usia janin, kalau yang kedua ini, hanya inget sampai ke satuan bulan saja. Jaga makanan seperti hamil pertama, suplemen juga. Kontrol rutin ke bidan dan dokter. Tapi kali ini pindah tempat, aku kontrol ke Bidan Ummi karena beliau terkena bagus dan juga dekat dengan rumah baruku. Sedangkan dokter kandungan aku kontrol ke Dokter Uri. Nah ini nih, selama ini kan susah banget cari dokter  kadnungan perempuan. Nah ternyata di Rumah Sakit Mitra Medika Bondowoso ada dokter kandungan perempuan!! Seneng kan akuuu, ga perlu risih tiap kontrolll.. Yeay!!!

Selama kontrol sih alhamdulillah perkembangan janinnya baik. Tapi pada saat bulan ke 7, Berat Badan Janin (BBJ) kurang dari seharusnya BBJ di usia segitu. Kata Dokter Uri, ada beberapa kemungkinan, pertama ada kesalahan di usia kandungan. Salahku aku baru ke dokter kandungan dan USG setelah tiga bulan.. Padahal waktu USG paling tepat untuk mengukur usia kandungan itu di trimester pertama. Selama ini aku hanya mengandalkan perhitungan dari HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) yang mana haidku kadang teratur kadang tidak teratur. Kedua, BBJ nya memang kurang jadi harus aku kejar. Upaya yang memungkinkan untuk dilakukan ya yang kemungkinan kedua ini, mengejar ketertinggalan BBJ. Dokter pun menyarankan untuk meningkatkan makan. Aku disuruh banyak makan gitu? Ya seneng lah! Aslinya memang doyan makan kok! Hehe..

Di bulan berikutnya, ternyata e ternyata BBJnya malah kelebihan, mungkin karena aku terlalu semangat makan hehe.. Dokter pun mengarahkan untuk mengurangi konsumsi karbo dan gula. Ya memang pada saat itu aku sedang doyan-doyannya makan biskuit, heeee...

HPL Pun Tiba

Dan ternyata, drama gelombang cinta tak kunjung datang pun terulang kembali. Se-lebih-santai-nya aku daripada kehamilan pertama, tetap saja ada perasaan tegang dagdigdug menanti kelahiran sang buah hati. Sampai dengan HPL+11 akhirnya tawaran induksi atau SC pun datang lagi karena air ketuban yang menipis. Aku pun kembali memilih induksi, walau pak suami berulang kali menawarkan SC karena sudah melihat bagaimana hebohnya diriku di persalinan pertama.

Siang itu, aku pun langsung diarahkan ke ruang pra persalinan dan diinfus cairan induksi. Dibanding dengan pengalaman di rumah sakit sebelumnya, pelayanan di rumah sakit Mitra Medika ini jauh lebih menyenangkan. Bidan jaganya ramah, dan menenangkan pasien. Dokter kandungannya juga tetap rutin mengontrol perkembanganku. Kalau di rumah sakit pertama mah blassss dokternya ga muncul.. 😢

Induksi dimulai setelah Dhuhur, sekitar pukul 12.00. Pak suami sempat aku minta pulang untuk mengambil tas darurat. Aku pun berjuang seorang diri menatap tetes demi tetes cairan infus masuk ke tubuhku... Hiks... Melas nemen... Hahaha.. Untungnya jarak rumah ga jauh dari Rumah Sakit, jadi Suami tercinta pun segera datang. Untungnya di ruangan pra persalinan itu hanyalah ada diriku seorang, jadi kasur sebelah menganggur dan Mbak-Mbak Bidan mempersilahkan suamiku istirahat di sana. Pak suami tercinta pun rebahan, dan tidur Saudara-Saudara!! Haaaahhh... Piye to yahhhhh.. 😒

Jam demi jam berlalu, aku pun masih selowwww... Kadang perut kram sebentarrrr, eh hilang... Pernah juga pas Mbak Bidan mengecek denyut jantung bayi pakai alat yang ditempel di perut, eh perutku kenceng, tapi aku biasa saja. Mbak Bidan pun bertanya, "Lho ini kenceng, ga sakit Bu?" dan aku pun berkata tidak. Padahal aku berharap kontraksi segera datang, bukaan segera lengkap, baby segera lahir, dan aku segera pulihhh.. Tapi apa daya, setelah semalam berlalu dan dua infus habis sudah, masih ga ada kehebohan seperti orang diinduksi pada umumnyaaaaa... Walhasil, aku pun dipersiapkan untuk SC~

SC

Karena sudah pede akan lahiran normal, aku kurang persiapan pengetahuan tentang SC ini. Pertanyaan pertama ke Mbak Bidan adalah "Mbak, kalau SC aku pakai baju apa?". Ternyata jawabannya ga pakai baju Saudara-Saudaraaaaaa!!!! Mbak Bidan pun menjelaskan kalau setelah ini aku disarankan mandi dulu sesegar mungkin karena nanti setelah operasi, pasien belum diperkenankan mandi selama beberapa hari. Setelah mandi, pasien disarankan memakai pakaian yang mudah dibuka karena nanti akan diganti baju operasi. Pasien juga dipasang kateter dan dibersihkan rambut di area kelamin. Bagian dipasang kateter ini haaah banget karena dulu pas lahiran pertama aku juga dipasang kateter pasca dijahit, dan rasanya super duper ga nyaman!

Setelah persiapan ini itu, aku dibawa ke ruangan operasi menggunakan kasur dorong dan itu melewati selasar gitu. Malunyaaaa diliatin orang-orang sampai aku tutup muka pake kain entahkah di dekatku. Sesampai di ruang operasi, bajuku diganti dengan baju operasi yang hanya sehelai kain yang dipakai seperti kemeja terbalik, dan rambutku dibungkus.. Tapi karena kepalaku besar jadi susah banget bungkusnya ini, hehe.. Gak lama kemudian, kasur dorongku dibawa ke ruangan berisi peralatan operasi, aku pun kemeringet. Setelah itu, aku dipindah ke meja operasi dan dipasang ini itu entahlah. Dokter yang menangani operasi sempat tanya kok aku kemeringet, ya aku jawab grogiiiii.. Takut akuuuu... Sekitar pukul 18.15, dimulai lah operasi itu dengan suntik bius di punggung yang konon katanya sakit sekali. Alhamdulillah ga berasa sakit selebay artikel yang pernah aku baca hehe.. Ya sakit wajar pas diencuss jarumnya itu Saudara-Saudaraaaa... Pas disuntik ini aku dipeluk dong entah sama siapa itu, karena posisi badan harus meringkuk dan ga boleh bergerak blas ketika disuntik, jadi entah siapa itu memegang erat tubuhku biar ga berontak ketika diencuss.

Setelah disuntik, aku kembali ke posisi tidur, lalu disalib. Bingung kan aku ngapainnnn tangan ini kok diiket di papan gini. Setelah aku tanya, kata entah siapa lagi itu, tangan diikat gitu supaya tangan tidak jatuh terjuntai ketika proses operasi. Tirap pun dipasang dan operasi pun dimulai. Karena aku takut darah, aku ga berani lihat ke arah lampu operasi karena sesungguhnya di sana bisa terlihat pantulan operasi di balik tirai. Aku juga takut mendengar suara kelonteng-kelonteng alat operasi, untungnya Dokter Uri menyetel lagu keras-keras pas operasi dimulai, alhamdulillahhhh... Hehe... Beberapa menit kemudian, perutku terasa diobok-obok lalu ditarik, sreetttt... Keluarlah baby gembulnyaaaaaa!!! 4,2 kilo!!! Alhamdulillahhhhh....

Setelah bayi dibersihkan, bayinya pun diletakkan di dadaku untuk IMD, tapi karena tanganku masih disalib, jadi aku hanya bisa ngelus pakai dagu, hehe.. Gemesssssssss! Setelah IMD dan juga urusan jahit-menjahit perut selesai, bayi embul ini dibawa lagi sama Mbak Bidan, dan aku diangkat dari meja operasi ke kasur dorong. Dan kru operasi ada yang komen "Berapa ini beratnya Bu?", errrrrr... Ga sopan!! Haaahhh....  Lalu aku pun didorong ke ruangan depan tempat persiapan operasi tadi, dan pak suami datangggg! Yeay! Oiya, pas itu aku kedinginan parah sampai menggigil, dan segera minta selimut! Sebenarnya ruang tempat operasi tadi yang super dingin, tapi belum terasa karena masih tegang mau operasi tadi. Setelah operasi selesai baru deh berasa duinginnnnnnn!

Ga lama kemudian, aku dipindah ke kamar inap dan disusul oleh si Baby. Saat itu badan masih gabisa gerak. Sekitar empat jam kemudian, jari-jari kaki baru mulai bisa digerakkan. Keesokan harinya aku belajar duduk, dan keesokannya lagi belajar jalan. Masa-masa pemulihannya pasca SC ini luar biasa Saudara-Saudara! Karena aku tipe yang ga bisa diem, sungguh tersiksa rasanya nahan sakit luka pasca perut disayat-sayat ini. Jauh lebih cepat pemulihan pasca lahiran normal. Mungkin setiap orang beda-beda ya masa pemulihannya. Tapi aku sendiri merasakan mending lahiran normal banget banget banget!

Alhamdulillahhh.. Alhamdulillahhh... Alhamdulillahhhh...
Sudah merasakan nikmatnya normal sama SC. Semua ada kelebihan kekurangannya. Yang pasti, si ibu harus punya semangat untuk segera pulih biar bisa urus baby tercintaaaa!

Demikian lah kisah dua kali lahiranku.. Akankah ada yang ketiga? Entahlah, hahahahaha...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SUSU, SEHAT DAN HALAL!

"Eh Ari, lucunyaaa... Gendut banget.. Tante jadi gemes nih! Ari suka minum susu ya kok bisa gendut gini,,??" Susu? Bikin gendut? Hehe.. Dulu sih saya juga sempat berpikir seperti itu. Susu kan penuh lemak, ntar saya gendut dong kalau saya minum susu . Hmm, minum susu =gendut? Oke, saya yang (dulu) kurus bisa gemukan kalau minum susu ! Eits, itu dulu... Sekarang? Ya, setelah sekian lama minum susu , saya pun jadi agak gemuk (hiks,,dulu sih pengen agak gemuk,tapi sekarang pengen kurus lagi), tapiii bukan susu kok penyebabnya! :D Empat Sehat Lima Sempurna Masih ingat ga dengan kata-kata di atas? Slogan ini saya dapatkan ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar, entah kelas berapa. Saya yang masih unyu waktu itu mendapatkan penjelasan bahwa tubuh kita membutuhkan beberapa jenis makanan yang kita kenal dengan sebutan empat sehat lima sempurna. Ajian sakti ini terdiri dari makanan pokok, sayur mayur, lauk pauk, dan buah-buahan. Jika mengkonsumsi empat jenis makan...

UJUNG GENTENG.. CANTIK YANG TAK TERJAMAH..:)

Agak lebay sih ya judulnya..:p Gapapa ah, kali ini saya akan mencoba berbagi cerita perjalanan saya bersama GRAPERS ke Ujung genteng beberapa waktu lalu..:) Berbulan-bulan lalu Makrab. Malam Keakraban. Istilah ini pertama kali saya dengar pada saat mengikuti MOS di SMA dulu. Malam keakraban adalah malam penutupan Masa Orientasi Siswa yang diisi dengan pementasan kelas dan juga acara-acara seru lainnya. Malam di mana Kakak Panitia yang awalnya jutek dan menyebalkan akhirnya berubah dan terjalinlah canda tawa di malam yang penuh kenangan itu. Tapi di sini beda. Makrab atau malam keakraban adalah sebuah ritual yang wajib dijalankan oleh hampir semua kelas di kampus saya (dan pasti di kampus lainnya, entah dengan nama yang sama atau ga). Intinya makrab kelas itu adalah sebuah event di mana seluruh anggota kelas berpelesir ke suatu tempat, menginap di sana, dan mengadakan berbagai acara yang dapat mengakrabkan seluruh personil kelas. Ga cuma malem tentunya. Seharian, bahkan bis...

the art of "ngeteng":: Bintaro-Bandar Lampung!

back to Bintaroooo... Alhamdulillah udah balik ke Bintaro lagi, semoga aja otak bisa lebih fresh untuk nerima materi kuliah lagi.. Amiiinn...:D Sekitar Dua Minggu Lalu Ya, sekitar dua minggu lalu saya menggalau. Bukan, bukan galau cinta. Juga bukan galau akademis. Kali ini saya galau liburan. Dalam rangka Natal dan Tahun Baru, kampus memberikan Libur selama satu minggu. Dan ditambah dengan hasil lobi dengan para dosen, libur kami bertambah menjadi dua minggu. Cukup lama. Tapi tak cukup lama bagi saya yang berkampung halaman di ujung timur Pulau Jawa ini. Bintaro-Bondowoso. Sekitar 22 hingga 24 jam by bus lah, itu kalau lancar. Akhir tahun lalu, ketika saya pulang kampung pas masa-masa liburan akhir tahun seperti ini, saya harus merelakan diri terduduk lesu di dalam bis selama 30 jam karena macet parah.