“Anyan ta tatas.. tuyun ta
tamping.. Anyan te tepan.. Duduk na nanisss!!“, celoteh si Xela sembari menggerak-gerakkan
kedua tangannya. Lucu ya melihat perkembangan seorang anak dari waktu ke waktu.
Ya Xela ini contohnya, dia adalah keponakan saya yang masih berusia 15 bulan. Setahun
ke belakang ini saya mendapatkan kesempatan untuk pulang ke rumah dan melihat
perkembangan keponakan saya sejak ia lahir, belajar tengkurap, merangkak,
berjalan, hingga bernyanyi. Luar biasa sekali ya perkembangan seorang manusia
di masa awal kehidupannya!
Sebuah Rencana
Melihat perkembangan keponakan
saya dari waktu ke waktu, tentu saja saya jadi terbayang bagaimana jika saya
mempunyai anak sendiri nanti. Apalagi dengan usia yang sudah kepala dua ini,
sudah banyak yang bertanya kapan saya
nikah, yaa, jadi kebayang deh gimana entar kalau udah nikah, dan punya anak..
Hmm, kadang juga jadi kepikiran susah ga ya merawat dan mendidik anak itu.. Ya
saya sih ingin anak-anak saya jadi anak-anak yang unggul, kreatif, pekerja
keras, pemberani, sabar, ulet, dan lain sebagainya. Berjiwa seorang pemimpin
lah! Tapi, gimana caranya membentuk pribadi pemimpin bagi si kecil? Hmm,
setelah baca sana sini dan putar-putar otak, perkembangan seorang anak memang
dipengaruhi oleh banyak hal. Mulai dari asupan gizinya, hingga cara orang tua
mendidiknya. Orang tua dan keluarga akan jadi sekolah pertama bagi si kecil. Apapun
yang dilakukan orang tua dan keluarga di sekitarnya akan menjadi contoh buat si
kecil. Ya orang tua akan menjadi role model bagi si kecil. So, kita harus
menjadi role model yang baik jika kita ingin anak kita menjadi anak yang baik
*catet fin,hehe* Tapi, kalau dipikir-pikir, saya sih ga mau anak saya Cuma melihat
role modelnya. Saya sih pengen anak saya terlibat dalam kehidupan role
modelnya. Misalnya nih, saya akan melibatkan anak saya dalam sebuah proyek
bersama, kebun kecil contohnya!
Nah, kenapa kebun hayo? Ya,
menurut saya, di balik sebuah kebun kecil, tersimpan begitu besar nilai yang
bisa kita ambil. Berkebun akan menanamkan berbagai hal dalam benak anak. Apa
saja? Yuk kita urutkan dulu “kronologis” khayalan proyek berkebun saya dan
anak-anak saya nanti, hehehe..
Pra-Berkebun
Sebelum berkebun, ada baiknya ada
sebuah “Rapat” keluarga. Rapat ini akan
mengajarkan pada anak bagaimana kita bertukar pikiran, tanaman apa saja yang
akan kita tanam, anak akan belajar mendengar dan menghargai pendapat anggota
keluarga yang lain. Di samping itu,dalam Rapat ini anak akan belajar mengenai
perencanaan, dia akan belajar memikirkan apa-apa saja yang akan dia lakukan saat
berkebun, apa alat yang ia butuhkan, dan apa hasil yang kira-kira akan dia
peroleh nanti.
Selama Berkebun
Nah, selama berkebun, akan
semakin banyak tantangan sekaligus pelajaran yang akan diperoleh si kecil. Mulai
dari kerja keras, keuletan, kesabaran, perhatian, dan kasih sayang. Ia akan
belajar bahwa ia harus berusaha merawat kebunnya jika ingin tanamannya subur,
ia akan belajar bersabar menanti tumbuh kembang tanamannya, ia akan belajar
memberikan perhatian dan kasih sayang pada tanaman peliharaannya. Selama berkebun
kita juga bisa menunjukkan betapa agungnya kuasa Tuhan yang membuat tanaman hidup,
dan tumbuh kembang hingga menjadi bunga, buah, atau sayur yang sangat
bermanfaat bagi hidup kita.
Pasca Berkebun
Pelajaran dari berkebun bahkan
masih bisa dipetik si kecil hingga pasca berkebun. Setelah sekian lama merawat
kebun, tentu saja tiba saatnya memanen hasilnya. Di sini anak akan belajar
merasakan kesuksesan dan kebahagiaan dalam memperoleh hasil dari proses
berkebun. Ia akan merasakan bangga akan hasil kerja kerasnya. Ia juga akan
lebih menghargai sayur dan buah, dan sangat mungkin juga hal lainnya, karena ia
telah mengetahui sayur dan buah itu tidak muncul begitu saja, tetapi muncul
dari sebuah perjalanan panjang.
Nah, banyak kan nilai yang bisa
kita peroleh dari berkebun, mulai dari menghargai pendapat orang lain, pelajaran
tentang perencanaan, kerja keras, keuletan, kesabaran, kasih sayang, dan juga
kebanggaan akan keberhasilan. Semua itu nilai-nilai yang bisa membentuk karakter
seorang pemimpin. Ya mungkin berkebun itu hanyalah salah satu bagian kecil dari
pembentukan karakter pemimpin bagi si kecil. Tapi, bukankah sesuatu yang besar
memang berawal dari hal kecil? So, apa salahnya memulai hal besar dari hal
sekecil belajar dari sepetak kebun kecil ini?:)
Komentar
Posting Komentar