“Jarkom ACTION!
Seluruh panitia diharapkan hadir pada pukul 06.30 besok pagi! Dresscode: Batik!
Be on time! Semangat!!(^^,)9”
Haaah, lagi-lagi batik lagi! Ini nih SMS dari
Koordinator Pelaksana salah satu acara di kampus. Sebagai salah satu panitia,
saya diwajibkan mengikuti aturan yang ada. Datang pagi-pagi ke kampus? Oke, ga
masalaaaah.. Dresscode baju batik? Nah ini nih, emang semua orang suka pakai
batik? Liat dong di lemari saya, cuma ada satu baju batik, itu pun baju batik Kakak yang ternyata ga sesuai ukuran badannya terus diwariskan ke saya dan itu juaaarrrrang
saya pakai. Pokoknya males banget pakai batik, keliatan terlalu formal,
keliatan tua, keliatan jadul.. Gitu wes pokoknyaaa.. Haaah... Batik, batik,
batik lagi, lagi-lagi batik, batiiikkk aja terus..
***
Kalau diingat-ingat, kejadian tiga tahun lalu itu bikin
saya geli sendiri. Gara-gara ga suka pakai batik, saya pun melanggar aturan
dari Korlak dengan memakai baju kembang-kembang, bukan batik. Pas acara sih
Korlak sempat negur saya “Fiin Fiinn, batik Fiinnn..”, saya sih cuma
ketawa-ketawa sambil bilang “Ya udah sih Nu, anggep aja kembang-kembang ini
batik, hehe”. Untung aja Korlak ga menghukum saya saat itu, dan saya tetap lalu
lalang ke sana kemari di antara panitia lain yang mengenakan batik!
Ya begitulah saya yang dulu, menganggap batik adalah
sesuatu yang ga banget. Tapi, perlahan semua berubah seiring perkembangan dan
pendewasaan pikiran saya *halah*. Entah saya ga ingat kapan persisnya saya
mulai mencintai batik. Ya, saya cinta batik! Motifnya yang cantik nan penuh
makna itu, gimana ya, susah menemukan kata yang tepat. Hmm, kaya! Iya, batikitu kaya! Kaya cerita, kaya rupa, kaya makna.
Batik nan Kaya:
Kaya Cerita, Kaya Rupa, Kaya Makna!
Beberapa waktu lalu nih, saya mendapatkan kesempatan
untuk mengunjungi “lautan batik” di salah satu sudut Jogjakarta, tepatnya di
Malioboro dan Pasar Beringharjo. Di sana saya melihat begitu banyak batik nan
cantik. Mulai dari baju, tas, hingga berbagai aksesoris bernuansa batik.
Awalnya saya sudah berniat tak berbelanja apapun mengingat itu adalah jalan-jalan
dadakan yang sama sekali tidak direncanakan. Namun apa daya, sepulang dari
sana, baju-baju batik untuk saya, Mama, Papa, adik-adik, serta keponakan sudah
bertengger di dalam tas saya, hehe. Ya begitulah, saya “kepincut” dengan batik!
Ngomong-ngomong tentang batik nih, saya yakin deh
sekarang ga hanya saya yang “kepincut” dengan batik. Ada banyak orang di
Indonesia ini yang cinta dan bangga dengan batik. Tapi, banyak juga ga ya yang
paham tentang batik?
Setelah menelusuri dunia maya, saya baru paham, ternyata
e ternyata, kalau kita menyebut kata “batik”, ada dua pengertian nih. Yang
pertama, batik itu adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian, berupa
teknik pewarnaan kain menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari
kain. Nah, teknik itu disebut wax-resist
dyeing. Sedangkan pengertian yang kedua mengacu pada kain atau busana yang
dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif tertentu yang memiliki
kekhasan. Kata “batik” itu sendiri berasal dari Bahasa Jawa, “amba” yang
berarti menulis dan “titik” yang berarti titik.
Batik itu sebenarnya sudah ada ratusan bahkan ribuan
tahun yang lalu lho! Penemuan kain pembungkus mumi yang dilapisi malam untuk
membentuk pola di Mesir telah menunjukkan bahwa teknik tersebut telah dikenal
semenjak abad ke-4 SM! Sedangkan di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T'ang (618-907)
serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794).
Nah kalau di Afrika,
teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria
serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal.
Itu
tadi yang di luar sana. Kalau di Indonesia? Nah, di Indonesia,
batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer
akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batiktulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau
sekitar tahun 1920-an.
Ada
beberapa pendapat mengenai asal batik ini, G.P. Rouffaer berpendapat bahwa
teknik batik kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6
atau 7. Sedangkan J.L.A Brandes dan F.A. Sutcipto percaya bahwa batik adalah
tradisi asli dari daerah Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Lho kok bukan dari
Jawa? Tenang, ada juga kok cerita sejarah batik di Jawa. G.P. Rouddaer juga
melaporkan adanya pola gringsing yang
sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Menurut beliau, pola gringsing itu hanya bisa dibentuk dengan
menggunakan alat canting yang biasa digunakan dalam proses membatik. Nah, batik dari Indonesia ini mulai “go international” hingga ke Eropa ketika Sir Thomas
Stamford Raffles menceritakannya dalam buku History of Java (London, 1817).
Itu
tadi sekilas tentang sejarah batik. Hingga saat ini nih, batik banyak banget
jenisnya. Pertama, ditinjau dari teknik pembuatannya, batik itu bisa dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu batik tulis, batik cap, dan batik lukis. Selain itu,
batik juga bisa dibedakan berdasarkan daerah asal dan motifnya. Nah, kalau mau
membahas tuntas batik berdasarkan asal dan motifnya nih, ga bakalan
selesai-selesai nih tulisan saya, hehe.. Banyak banget sih! Biasanya motif
batik itu mengikuti daerah asalnya. Misalnya motif batik asal Jogja yang kental
dengan pengaruh keraton, atau motif batik asal Cirebon yang dipengaruhi oleh
daerahnya yang berada di pesisir. Ada juga nih batik dari daerah saya,
Bondowoso. Batik Bondowoso ini dikenal dengan ciri khas motifnya yang bergambarkan
daun singkong dan tembakau. Karena apa? Karena dua tanaman tersebut adalah
hasil tani utama di Bondowoso. Jadi, batik tak hanya sekedar kain yang
berhiaskan motif saja, tapi setiap motif itu memiliki makna tertentu. Bahkan
ada beberapa motif batik, motif parang contohnya, yang melambangkan status
bangsawan. Lalu, seiring perkembangan jaman, makna di balik motif batik ini
makin berkembang, ada yang melambangkan kekhasan daerah, romantisme sepasang
kekasih, kisah kepahlawanan, dan bahkan ada juga yang melambangkan tim sepak
bola kesayangan!

Batik Dulu, Kini, dan Nanti
Ya,
seperti yang sudah kita bahas tadi, dari hari ke hari, batik semakin berkembang
ya. Motifnya yang semakin beragam membuat penggunaan batik semakin meningkat. Batik yang dulunya dicap kuno dan tradisional, kini semakin diterima di masyarakat. Kalau
dulu batik hanya digunakan oleh kalangan tertentu atau event tertentu, kini
batik bisa kita dilihat dipakai di mana saja oleh siapa saja. Orang tua, anak
muda, laki-laki, perempuan, acara pernikahan, acara kantor, jalan-jalan santai,
dan sebagainya. Gak hanya sebagai pakaian, penggunaan batik pun semakin
beragam. Berbagai kreasi batik bisa kita lihat di pasaran, seperti tas, sepatu,
aksesoris, sarung bantal, hingga furniture yang berhiaskan batik. Batik pun
kini sudah mendapatkan pengakuan dari dunia. Pada 2 Oktober 2009 lalu, batik telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi
alias Masterpieces of the Oral and
Intangible Heritage of Humanity oleh UNESCO!
Dengan
makin meningkatnya peminat batik ini, apa kabar industri batik ya? Hmm,
ternyata memang hal tersebut membawa imbas baik pada industri batik! Dalam Asia
Tourism Forum (ATF) 2012 lalu nih, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu
Nuryanti mengatakan bahwa industri batik mencapai lebih dari 300 persen dalam
3,5 terakhir dan revenue-nya mencapai
100 milyar per tahun! Wah wah, ternyata batik juga bisa mendongkrak ekonomi
Indonesia ya!
Kalau
kita perhatikan, industri batik ini memang berkembang sangat pesat ya
akhir-akhir ini. Coba deh perhatikan di sekitar kita, makin banyak toko batik,
butik batik, hingga penjual batik online kan! Kebetulan nih, saya kenal salah
satu pengusaha batik di Jakarta, Mbak Tutik. Dari awalnya “kerja sama orang”,
akhirnya Mbak Tutik memutuskan untuk berwiraswasta yang akhirnya membawanya ke
bisnis batik. Dimulai dari beberapa helai kain batik yang disulap menjadi
baju-baju cantik, bisnis batik milik Mbak Tutik ini kemudian berkembang dengan
merk dagang sendiri dan produknya sudah berkelana hingga ke London! Hebat kan?
Nah, berbicara tentang London nih, ada juga cerita tentang seorang anak bangsa
yang melihat batik yang dipajang di sebuah departemen store di London.
Sayangnya batik dari Indonesia yang dibandrol dengan harga sangat tinggi itu
tidak menggunakan brand dari Indonesia. Nah, kejadian ini lah yang menggugah nasionalisme
Heri Fikrio untuk ikut mempromosikan batik Indonesia, dan lahirlah www.berbatik.com, sebuah platform jual beli online khusus batik pertama di
Indonesia. Jadi, di www.berbatik.com ini pengusaha dan perancang busana ataupun
aksesoris berbahan batik bisa bertemu dengan pecintanya dengan mudah!
Ya
begitulah sedikit cerita tentang batik! Pokoknya keren lah batik ini! Batik yang kaya makna, kaya cerita, kaya rupa, kaya warna, kaya budaya, kaya makna,
kaya segalanya! Jadi makin bangga deh lagi-lagi pakai batik lagi!:D
*Artikel
ini diikutsertakan dalam Kontes Blog Aku Berbatik yang diselenggarakan oleh www.berbatik.com, semoga menaangg..aaamiinn..aamiinn..aamiinn..:D
Referensi:
artikelnya mantap :)..semoga menang ya, trus dibanyakin koleksi batiknya terus buka butik batik :)
BalasHapusaamiiinnn..makasihhh maaasss..:)
Hapus